Pemkab Landak Gandeng Solidaridad Wujudkan Petani Sawit Berkelanjutan & Ramah Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Landak menggandeng lembaga swadaya masyarakat Solidaridad Network Indonesia dalam mewujudkan petani sawit berkelanjutan yang ramah lingkungan dan iklim di wilayah Landak.

Program tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemkab Landak dengan Solidaridad yang dilaksanakan di Kantor Bupati Landak, Senin (1/4/2019).

Bupati Landak dr Karolin Margret Natasa mengungkapkan, dalam program ini pihak Solidaridad akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para petani sawit maupun kelembagaan koperasi untuk meningkatkan produktivitas daripada sawit yang akan disandingkan dengan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari pemerintah pusat.

"Saya selaku Bupati Landak menawarkan program ini dan bagi koperasi yang berminat dengan program ini silahkan," ujar Karolin, Senin.

"Ini beda sifatnya dengan program PSR dan ini tidak wajib," jelas Karolin.

Meski program pendampingan ini bukan bagian dari program PSR, sambung Karolin, dirinya juga memikirkan bagiamana kedepannya agar petani sawit di Kabupaten Landak bisa berkelanjutan. Tentu akan ada keuntungan-keuntungan yang akan di peroleh apabila para petani ikut dalam program ini,

"Nah dalam program ingin mengajarkan para petani memanfaatkan lahan dengan sebaik-baiknya dan menghasilkan sawit yang ramah lingkungan, agar sawit kita tidak dianggap sebagai sawit yang merusak lingkungan atau sawit illegal oleh negara-negara eropa yang berdampak jatuhnya harga karena di boikot," ungkap Karolin.

"Saya berfikir banyak, bukan hanya mengenai program ini, tapi juga keberlanjutan programnya. Memikirkan sampai jauh, makanya kita berupaya mencari berbagai alternatif dan kemungkinan, nah mudah-mudahan bisa terjalin kerjasama dalam program ini," sambung Karolin.

Dalam kesempatan yang sama, Country Manager Solidaridad Indonesia, Kulbir Mehta menjelaskan, fase kegiatan pendampingan ini sendiri nantinya akan diawali dengan peningkatan kapasitas sumber daya petani itu sendiri (capacity building), yaitu petani maupun koperasi (lembaga) yang menaungi para petani.

Program ini akan menyasar para petani sawit yang memerlukan bantuan pendampingan mengenai praktek pertanian yang berkelanjutan, misalnya dalam pemetaan kebun sawit maupun cara bertanam sawit yang ramah lingkungan.

"Program ini nantinya akan dibuka dengan pemberdayaan petani dengan membuka sekolah lapangan yang bisa diikuti secara gratis sebanyak 12 kali pertemuan dengan mendatangkan trainer (pelatih) langsung ke petani," jelas Kulbir.

Dalam program pendampingan ini pula, para petani akan dibekali dengan pelatihan mulai dari memilih benih yang baik, pemeliharaan tanaman, pemupukan hingga memantau hasil produksi.

"Harapannya kelak para petani maupun koperasi ini bisa lebih mandiri dalam berbagai aspek, termasuk dalam pendanaan," pungkas Kulbir.

Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Landak, Alpius berharap dengan adanya program ini para petani bisa menjadi lebih mendiri. Alpius jug aberharap program ini tidak hanya menyasar para petani sawit, tapi juga bisa bersinergi dengan program pendampingan terhadap petani komoditi lainnya seperti lada, kopi dan cokelat (kakao).

"Perlu adanya pendapingan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia para petani, agar bisa mengembangkan dan berbagi kepada petani lainnya. Kemudian dengan adanya program ini juga diharapkan bisa berperan dalam mensejahterakan para petani, mulai dari proses pembenihan, produksi, hingga pemasaran yang baik tanpa melalui tengkulak yang berdampak pada nilai tambah dari para petani itu sendiri," kata Alpius.

Meski demikian, sambung Alpius, dalam program PSR dari pemerintah pusat yang menggandeng para petani, juga harus memikirkan penghasilan petani selama menunggu hasil dari sawit yang baru diremajakan.

Karena, dalam peremajaan sawit ini diperlukan 2,5 tahun hingga bisa menghasilkan dan petani dikhatirkan tidak dapat penghasilan apa-apa jika hanya bergantung pada sawit. Sehingga dalam masa tunggu sawit ini bisa menghasilkan, para petani juga bisa memperoleh penghasilan dari sektor pertanian lainnya dari lahan tersebut.

"Kita berharap program bersama Solidaridad ini bisa meningkatkan sumber daya yang ada dengan potensi lahan yang tersedia, supaya kita bisa meningkatkan pendapatan para petani ini sendiri dengan berbagai jenis komoditi, sehingga dalam masa 2,5 tahun ini bisa punya pendapatan," tutup Alpius

Bagikan

Form Penilaian